Tema : Diksi dan Seni Bahasa
Narasumber : Maydearly
Moderator : Widya Arema
Assalamualaikum Wr.Wb.
Malam ini adalah malam ke-18 dalam pertemuan KBMN PGRI
gelombang ke -28, semoga kita sampai pada tujuan dan mendapatkan hasil.
Malam ini kita akan belajar tentang diksi dan seni berbahasa dari sang narasumber yang
ahli di bidangnya dimoderatori oleh Bu Widya dari Malang.
Apa yang dimaksud
dengan diksi dan seni bahasa?
A. Pengertian Diksi Diksi adalah pilihan kata
untuk mengungkapkan sesuatu secara ekspresif melalui tulisan.
Diksi adalah
sarana menulis indah dan berbobot dimana gagasan itu disebut diksi puitis. Dalam
sejarah bahasa, Aristoteles – filsuf dan ilmuwan Yunani inilah yang
memperkenalkan diksi sebagai sarana menulis indah dan berbobot.
Gagasannya itu
ia sebut diksi puitis yang ia tulis dalam Poetics– salah satu karyanya.
Seseorang akan mampu menulis indah, khususnya puisi, harus memiliki kekayaan
yang melimpah: diksi puitis. Gagasan Aristoteles dikembangkan fungsinya, bahwa
diksi tidak hanya diperlukan bagi penyair menulis puisi, tapi juga bagi para
sastrawan yang menulis prosa dengan berbagai genre-nya.
William Shakespeare
dikenal sebagai sastrawan yang sangat piawai dalam menyajikan diksi melalui
naskah drama. Ia menjadi mahaguru bagi siapa saja yang berminat menuliskan
romantisme dipadu tragedi.
Diksi Shakespeare relevan untuk menulis karya yang
bersifat realita maupun metafora. Gaya penyajiannya sangat komunikatif, tak
lekang digilas zaman.
Mengapa diksi itu penting dipelajari?
• Sebab banyak
keindahan atas sebuah kata yang tak tereja oleh bibir.
• Diksi bak pijar bintang
di angkasa yang menunjukan dirinya dengan kilauan, mempesona dan tak
membosankan.
Bagaimana cara mempelajari diksi?
LIBATKAN LIMA PANCA INDERA UNTUK
MENEMUKAN DIKSI DAN SENI BERBAHASA
1. Sense of Touch adalah menulis dengan
melibatkan indera peraba. indra peraba dapat digunakan untuk memperinci dengan
apik tekstur permukaan benda, atau apapun. Penggunaan indra peraba ini sangat
cocok untuk menggambarkan detail suatu permukaan, gesekan, tentang apa yg kita
rasakan pada kulit. Aplikasi indra peraba ini juga sangat tepat digunakan untuk
menggambarkan sesuatu yang tidak terlihat, seperti angin misalnya. Atau, cocok
juga diterapkan untuk sesuatu yang kita rasakan dengan menyentuhnya, atau tidak
dengan menyentuhnya. Contoh: Semilir angin malam ini membuatku merindu yang nun
jauh di alam berbeda.
2. Sense of Smell adalah menulis dengan melibatkan indra
penciuman hal ini akan membuat tulisan kita lebih beraroma. Tehnik ini akan
lebih dahsyat jika dipadukan dengan indra penglihatan. Contoh: Tampak
wajah-wajah lugu tanpa dosa di lorong asrama dengan lampu redup redam membawa
kitab kuning di pergelangan tangan.
3. Sense of Taste adalah menulis dengan
melibatkan indra perasa. Merasakan setiap energi yang ada di sekitar kita.
Penggunaan indra perasa sangat ampuh untuk menggambarkan rasa suatu makanan,
atau sesuatu yg tercecap di lidah. Contoh: Ku kecup rasa pekat secangkir kopi di
tangan kananku, sembari ku genggam Hp tangan kiriku. Telah terkubur dengan
bijaksana, dirimu beserta centang biru, diriku bersama centang satu.
4. Sense of
Sight adalah menulis dengan melibatkan indra penglihatan memiliki Prinsip “show,
don’t tell". Selalu ingat, dalam menulis, cobalah menunjukkan kepada pembaca
(dan tidak sekadar menceritakan semata). Buatlah pembaca seolah-olah bisa
“melihat” apa yang tengah kita ceritakan. Buat mereka seolah bisa menonton dan
membayangkannya. Prinsip utama dan manjur dalam hal ini adalah DETAIL. Tulislah
apa warnanya, bagaimana bentuknya, ukurannya, umurnya, kondisinya. Contoh Derit
daun pintu mencekik udara ditengah keheningan, membuatku tersadar jika kamu
hanya sebagai lamunan
5. Sense of hearing adalah menulis dengan melibatkan
energi yang kita dengar. Begitu banyak suara di sekitar kita. Belajarlah untuk
menangkapnya. Bagaimana? Dengarlah, lalu tuliskan. Mungkin, inilah sebab mengapa
banyak penulis sukses yang kadang menanti hening untuk menulis. Bisa jadi mereka
ingin menyimak suara-suara. Sebuah tulisan yang ditulis dengan indra pendengaran
akan terasa lebih berbunyi, lebih bersuara. Selain itu, penulis juga bisa
berkreasi dengan membuat hal-hal yang biasanya tak terdengar menjadi terdengar.
Contoh Derum kejahatan yang mendekat terasa begitu kencang. Udara hening, tetapi
terasa berat oleh jerit keputusasaan yang dikumandangkan bebatuan, sebuah
keputusan yang menghakimiku untuk tak lagi merinduimu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar